AN Uyung Pramudiarja - detikHealth
foto: Thinkstock
"Gangguan ini memang bukan penyebab serangan jantung, tapi bisa menjadi petunjuk adanya faktor risiko yang perlu diwaspadai," ungkap Dr Arshad Jahangir, ahli jantung dari Mayo Clinic Arizona, seperti dikutip dari Dailymail, Rabu (6/4/2011).
Sindrom kaki gelisah atau restless leg syndrome merupakan gangguan neurologis (saraf) yang menyebabkan kaki rasanya tak mau diam bahkan saat sedang tidur. Gangguan ini termasuk salah satu faktor pemicu stres karena sangat mengurangi kualitas tidur.
Namun hubungannya dengan kesehatan jantung bukan karena sindrom ini bisa menyebabkan stres. Lebih dari itu, penderita sindrom kaki gelisah cenderung mengalami penebalan pada jaringan yang melapisi dinding jantung sehingga tidak lancar dalam memompa darah.
Sebuah penelitian di University of California San Francisco menunjukkan, penebalan jaringan pada dinding jantung dialami oleh 45 persen penderita sindrom kaki gelisah yang menggerakkan kakinya lebih dari 35 kali selama tidur malam. Makin sedikit bergerak, risiko penebalan makin kecil.
Dalam pengamatan berkelanjutan selama 3 tahun, penderita sindrom kaki gelisah yang mengalami penebalan jaringan di jantung 2 kali lebih berisiko mengalami serangan jantung dan bahkan kematian. Sementara yang kakinya tidak banyak bergerak saat tidur, jantungya relatif aman-aman saja.
Penelitian ini dilakukan oleh Dr Ralph Brindis terhadap 584 penderita restless leg sindrome, dan dipresentasikan dalam konferensi American College of Cardiology di New Orleans baru-baru ini. Salah satu lembaga yang membiayainya adalah National Heart, Lung and Blood Institute.
(up/ir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar